Obsesi Masa Muda: Gede-Pangrango

Image

kalau kamu lihat di foto itu ada siluet gunung, maka saya anggap itu adalah gunung Gede. belakangan ada yang bilang itu gunung Pangrango, saya tak tau mana yang benar. sudahlah. sejak hari itu, bertahun-tahun lalu ketika saya hiking di bukit sekitar rumah, saya mulai bertekad akan ke sana menemui bunga abadi, edelweis. walaupun pada akhirnya edelweis pertama di Papandayan, itu hanya semacam liku hidup. dan akhirnya memasuki kepala dua, impian masa muda itu tercapai. alhamdulillah.

Rabu sore, 25 Desember 2013, saya sudah nongkrong cantik di wiskul nunggu rombongan dari Bandung yang berangkat dari Leuwi Panjang. perjalanan di lanjut ke Pondok Halimun (PH) dengan angkot carteran. PH, ada beberapa cerita masa muda tersimpan di sana. hei, kamu ingat tidak? tapi dengan baik hati ibu warung ngeplay “masa lalu biarlah masa lalu” iyaa siap! masa lalu biarlah masa lalu. kemudian dunia mengabarkan sesuatu dan aku menyimpulkan sesuatu. masa lalu biarlah masa lalu (lagi). sebelum besok pagi naik, malam ini kita tidur di lesehan warung PH.

jam 4 subuh udah dibangunin house music pengunjung PH. keren bangetlah bisa-bisanya teteh-tetehnya sesubuh itu pake baju warna kulit, dingin banget padahal. manusia memang membingungkan. paginya jam 7 lebih pendakian gunung Gede dimulai. bismillah. ini dia tim yang berangkat: Nurdin, Haryo, Adit, Ucup, Yacob (kalau kalian baca cerita patahan lembang orang ini yang saya sebut “kawannya”), trio perempuan se’trong eh setrong eh strong (Mela, Audi, saya masuk meureun), Juna, Andry, Irhas, 3 nama terakhir ini datang jauh dari Sidoarjo loh. yes, we are MATA ANGIN + SETAPAK BACKPACKER.

Juna, Irhas, Adit, Yacob, Nurdin, Haryo, Ucup, Andri, Audi, Mela, saya
Juna, Irhas, Adit, Yacob, Nurdin, Haryo, Ucup, Andry, Audi, Mela, saya

belum lama jalan eh udah dikasih tanjakan, jalanan setapak, jalannya rapi sih udah dikasih batuan gitu semacam tangga tapi tetep cape. sempet kepikiran “coba kalau saya lagi di Malang…”. oh iyaa jadi sebenarnya tanggal 24 Desember tuh saya udah punya tiket Kahuripan mau ke Kediri, mau ke Malang sama Fathur, Dinur, Kay, mau nengok kakak dokter Ka Wat tapi akhirnya saya lebih milih ke gunung ini. gak tau kenapa. pengen aja. eh pengen jalan-jalan ke jawa daerah timur deh kan belum pernah. tapi yaudalah.

break, ngeksis dulu.
break, ngeksis dulu.

tanjakan setapak mendominasi medan yang kita lewati. oh iyaa hati-hati banyak pacet. udah paling kode waktu Ucup bilang ke Audi “cewek yang baik itu yang suka naik gunung. kenapa? soalnya mau diajak susah” cieee maaf gak sengaja kedengeran haha. beberapa kali istirahat singkat sekitar jam 1 kita sampai di Cileutik. di tempat ini ada sumber air, masak dulu, makan dulu, shalat dulu. jam 3 lanjut jalan lagi.

sumber air di Cileutik
sumber air di Cileutik

tipe trek masih sama, setelah melewati tanjakan batu barulah angin segar tercium, jalanan mulai santai. AND HERE WE ARE, SURYA KENCANA! padang edelweis dengan latar puncak Gede. sayang bangetlah bunganya lagi layu tapi ga apa-apalah biarin.

surya kencana
surya kencana

hampir 10 jam jalan tiba di Surken menjelang magrib, di sinilah kita pasang tenda. datang-datang langsung tepar. trio setrong cuma bangun buat sholat sama makan. tenang yang masak ada chef Juna, chef Andry dkk, terima kasih ya 😀

nenda di suryakencana
nenda di suryakencana

niatnya sih mau mulai ke puncak Gede jam 4 ngejar sun rise tapi apa daya karena badan ambruk akhirnya mulai muncak jam 8. jalan ke puncak macam tangga batu, alhamdulillah sekitar jam 9 kita sampai di puncak Gede. dari puncak Gede kita bisa lihat puncak Pangrango. dan ternyata di sini ada kawah juga, sejauh yang saya perhatikan hanya ada satu kawah besar dan satu kawah kecil. bau  belerang cukup tercium tapi masih sangguplah gak pake masker juga. eh di sini ada yang jualan loh, ada minum, pop mie sama nasi uduk gitu tapi mahal tapi lumayan lah.

Puncak Gede
Puncak Gede

jam 10an turun dari puncak Gede tujuan berikutnya Kandang Badak, jalanan turun berpasir mesti hati-hati. terus lewat tanjakan setan, ekstrem banget lah turunnya, tapi Audi seneng-seneng aja tuh di foto.

Audi di tanjakan setan
Audi di tanjakan setan

mendekati dzuhur kita sampai di Kandang Badak, bikin tenda, istirahat, makan (yang masak tetep chef Juna, chef Andry dkk). ada yang merasa tertipu, katanya kandang badak, mana kandangnya? mana badaknya? mungkin kita perlu tanya Teh Desi Ratnasari sebagai duta badak. konyol haha. jam 2 lanjut jalan ke puncak Pangrango. tapi anggota tim berkurang satu, Irhas kurang fit jadi istirahat aja di tenda. jalannya masih mirip yang di Gede sih. mantap lah.

menuju puncak Pangrango
menuju puncak Pangrango

sekitar 3 jam kemudian, yeah puncak Pangrango! dari sini kita bisa lihat gunung Gede juga.

puncak Pangrango
puncak Pangrango

Gede dari Pangrango

Gede dari Pangrango

di puncak ini saya lihat beberapa edelweis sambil mikir kok cuma dikit edelweisnya dan ternyata kejutaaaannn! Mandalawangi! pernah denger sih dari Kak Amat tapi gak tau lah bakal kesini juga dan gak ngerti tempat kayak apa mandalawangi ini. tempatnya sih lebih kecil dari surken tapi berasa beda aja, mungkin efek cerita Soe Hok Gie kali yaa. ini dia mandalawangi.

Mandalawangi
Mandalawangi

pulang dari mandalawangi ini petualangan sesungguhnya di mulai. turun dari puncak menjelang magrib, perjalanan ke tenda di kandang badak cuma modal terang senter lah. sama cahaya hati haha. kaki udah sakit gak karuan, fokus udah ilang, limbung. dan jam 9 baru sampe kandang badak. niatnya trio setrong mau masak tapi udah gak kuat banget, langsung roboh sampe tenda.

Sabtu pagi bangun tidur badan sakit semua lah efek 2 hari naik turun baru terasa. harus siap-siap packing sudah waktunya turun gunung. jam 10 kita mulai jalan dari kandang badak arah ke Cibodas ada banyak tempat menarik kita lewati. curug-curug kecil, kandang batu (walaupun gak ada kandang seenggaknya masih ada batu lah, koplak haha), sungai air panas, curug cibeureum, talaga biru dan sampailah kita di Cibodas. alhamdulillah.

jalur kandang badak-cibodas
jalur kandang badak-cibodas

keluar Cibodas dikasih selamat datang lah, disuruh balik lewat selabintana gitu?
tidak, terima kasih.

1548115_714490878562211_872155246_o(1)

jam 2 siang istirahat di balai besar TNGP, cape maksimal cuma bisa duduk pas sadar Audi gak ada. dan gak lama ketemu lagi lah. cari makan di sekitar pasar oleh-oleh Cibodas. di meja itu Mela, Audi, saya janji nanti kita mau muncak bareng lagi. awalnya saya ragu, tapi duo setrong meyakinkan saya. ayo!

1518674_714492678562031_662703901_o

25-28 Desember 2013. Selabintana – Cigeber – Cileutik – Suryakencana – Puncak Gede – Kandang Badak – Puncak Pangrango – Mandalawangi – Kandang Badak – Cibodas. gak nyangka banget. 3 hari kita ngapain sih? sikilku loro tapi (luwih loro atiku haha bukan!) kok kangen. mau lagi lah hari-hari tanpa dunia maya 😀

hidup. terkadang memang ada hal-hal sulit untuk dilakukan tapi bukan berarti tidak bisa. karena akan ada kaki-kaki yang siap menyejajari, tangan-tangan yang menguatkan, hati yang mengiringi dan doa-doa yang selalu menyertai. hanya perlu menyemangati diri lebih. kamu lebih kuat dari yang kamu kira, percaya.

terima kasih Haryo sama Nurdin udah ngajak. terima kasih anggota trio setrong yang jadi temen tidur, cerianya Mela sama Audi, asli kalian strong pisan. terima kasih trio setapak backpacker, mas Juna, mas Andry, mas Irhas,  jauh-jauh dari Sidoarjo masakannya enak :9 terima kasih trio konyol Yacob, Adit, Ucup, kalian kocak bikin perjalanan tawa.  hatur nuhun tiada terkira buat para sponsor A Raka, A Igun, Neng Dita, Wa Nia. maaf merepotkan, terima kasih. hatur nuhun. matur nuwun. sampai ketemu lagi 🙂

dari sini kekuatan itu datang
dari sini kekuatan itu datang

5 thoughts on “Obsesi Masa Muda: Gede-Pangrango

Leave a reply to Yacob (dulu "kawannya") Cancel reply